Universe

Biasanya, kata itu dimaknai dalam bahasa Indonesia secara _harfiyah_ dengan alam semesta. Secara istilah terminologis diartikan sama dengan _Al-‘Alamin_ (QS.al-Fatihah,1 :2).

Dalam arti yang lebih luas lagi, kata itu difahami sebagai himpunan kata _union_ atau kesatuan dan _versum_ atau _verses_ artinya ayat-ayat atau tanda-tanda kekuasaan Tuhan. Jadi, _universe_ artinya kesatuan tanda kekuasaan Tuhan. Artinya, di balik alam semesta ini ada Tuhan (Allah,swt)(QS.Thaha,20:14).

Paham itu berbeda dengan apa yang selama ini berkembang di kalangan saintis Barat misalnya. Ada pertanyaan sederhana _question mark_ yang perlu diselesaikan tentang mengapa alam semesta ini ada ?. Lalu, untuk apa alam semesta itu ada.

Kali ini, kita diajak untuk _outward looking_ melihat ke luar yaitu _the outer space_ alam di luar diri kita.

Kata saintis Barat, seperti Profesor Paul Dirac (1930), fisikawan Inggris dalam kajian matematika kuantum. Adanya alam semesta karena adanya ketidakseimbangan _unequillibrium_ antara materi dan anti materi. 

Menurut ilmu fisika, materi adalah segala sesuatu yang membentuk atom yang didalamnya terdiri dari elektron, proton, dan neutron. Anti materi adalah pasangan atau kembaran dari materi tetapi dengan muatan listrik yang berlawanan.

Menurut Dirac lagi, materi dan anti materi tidak bisa berdampingan bila bertemu karena akan saling menghancurkan atau _annihilation_ dan melepaskan energi dalam bentuk sinar _gamma_ yang sangat kuat.

Sifat dari anti materi itu sangat langka atau _scarce_ . Menurut teori, semesta tercipta dalam jumlah materi dan anti materi yang seimbang _equillibrium_ . Bagaimana mungkin, kata Dirac lagi, sekarang kita hanya melihat materi.

Pemikiran Dirac itu dipersoalkan oleh Prof.Pasquale Di Bari, guru besar fisika dan astronomi dari _University of Southhampton_.

Dirac kata Di Bari, memprediksi jumlah materi dan anti materi seharusnya sama. Realitasnya, kita melihat materi jauh lebih banyak sementara anti materi hampir menghilang. Faham klasik berspekulasi tentang anti galaksi atau anti bintang, hingga kini tak ada bukti atau _evidence_ yang mengokohkan pemikiran itu, katanya.

Diskusi kedua guru besar ini, menurut saya justru sangat primitif dan ketinggalan zaman, _out of date._ Sekaligus mencerminkan kebingungan dan sikap disorientasi.

Nabi Muhammad, Rasulullah saw, lima belas abad silam, justru sangat maju dan inkonvensional. Melalui Al-Qur’an, dari ayat kedua surah al-Fatihah saja sudah nampak adanya Pencipta Alam Semesta, _Rabb al-‘Alamin_ . Yang dimaksud anti materi dari pemikiran fisika Dirac, itulah Allah,swt. Atau dalam bahasa Imam Sanusi dalam kitab _Umm al-Barahin_ Dia-lah Allah yang _qadim_. Sementara alam semesta adalah _huduts_ atau baharu  atau berpermulaan.

Nabi Muhammad,saw lebih unggul dibanding Dirac atau Di Bari, karena dengan pasti dan _firm_ bahwa Anti Materi atau yang tidak bermateri itu adalah Allah,swt (QS.Thaha,20:14). Dalam ungkapan Imam Sanusi, Anti Materi itu bersifat _mukhalafatuhu li_ _al-hawadits_ , berbeda dengan semua yang berpermulaan atau baharu.

Allah,swt dengan tegas dinyatakan bersifat _ahad_ (QS.al-Ikhlas,112:1) atau esa baik dalam zat, sifat, _af’al_ maupun _asma_ -Nya. Dia,swt tidak setara dengan semua yang ada di alam semesta ini (QS.al-Ikhlas,112:4).

Disorientasi Dirac maupun Di Bari karena melihat _universe_ hanya sebatas pendekatan _visual_ atau inderawi semata. Sedangkan Rasulullah, Muhammad saw melihatnya secara holistik dan _by faith_ menggunakan iman.

Itu terlihat dari pandangan Dirac yang mengatakan kini orang sudah bisa membuat anti materi di laboratorium dengan menggunakan partikel kolider seperti _Large Hadron Collider_ atau LHC.

Paham Pasquale Di Bari yang berspekulasi tentang kemungkinan anti galaksi atau anti bintang dari paham klasik hingga kini tidak terbukti itu dapat dibantah.

Justru Al-Qur’an lebih maju dalam berpikir dan _problem solving_ terhadap problematika _universe_ ini.

Al-Qur’an menyatakan bahwa Allah,swt lah yang menciptakan langit ini dalam tujuh lapis yang bertingkat-tingkat (QS.al-Mulk,67:3).

Bahkan, Allah swt mendorong kita semua untuk mau melakukan _research_ terhadap alam semesta. Kesimpulannya, tidak akan kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang _unequillibrium_ pada ciptaan Tuhan Yang Mahapengasih. Coba lihat sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat. Begitu ditegaskan di akhir ayat. Tidak ada _tafawut_ dan _futhur_ , kata Allah,swt.

Jadi, mengapa alam semesta ini ada. Jawabnya, untuk menjadi bukti adanya Tuhan, Allah swt. Kalau begitu, hidup dengan berketuhanan Allah,swt akan membawa pada kepastian, ketenangan, dan keberhasilan. Ada himpunan antara ilmu, iman, dan amal. Sebaliknya, hidup hanya berbekalkan sains semata tanpa dibarengi dengan iman akan membawa hidup dalam disorientasi, kebingungan, ketiadaan arah dan ketidakberhasilan.

Merawat iman yang ada, meningkatkan ilmu dan amal saleh adalah pilihan strategis agar hidup ini berhasil. _Allahu yahdi ila sawa’is sabil._

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like
Read More

Alzheimer

Dalam dua pekan terakhir ini jagad informasi diramaikan oleh sorotan media sosial dan dunia internasional seperti dirilis oleh…
Read More
Read More

Alien

Salah satu yang menjadi bahan diskusi di kalangan ilmuwan Barat ialah Alien. Alien adalah makhluk hidup yang berasal…
Read More