Hidup sederhana bisa dilakukan oleh siapa saja, bahkan oleh orang terkaya sekalipun seperti Warren Buffet, yang dikenal sebagai Oracle of Omaha.
Ia meskipun punya asset dan kekayaan mencapai 160,2 milyar dollar AS, di usia 94 tahun tetap hidup dan tampil sederhana. Artinya, tetap berpakaian biasa – menurut ukuran di sana, seperti jas dan dasi – bertutur sederhana dan berpola pikir serta sikap yang sederhana.
Seperti dituturkan New Trader U , ia meski kaya tetapi tetap tinggal di rumah lama yang sudah puluhan tahun dia tinggali. Tidak berlebihan dalam berpakaian, tidak pakai jam tangan mewah, mobil mewah, atribut yang juga mewah. Mengapa, karena dia punya prinsip bahwa hidup sederhana adalah landasan utama hidupnya. Hidupnya yang humble , berusaha menjaga reputasi yang telah diraih, dan menekankan pentingnya terus menerus belajar. Ia tidak malu bertanya, dan mendengarkan pendapat orang lain.
Di masa lalu, sudah ada contoh teladan utama yang jauh lebih terkenal dan amat familiar di kalangan kaum muslimin dan masyarakat internasional. Beliau adalah Nabi Muhammad,saw, seorang nabi dan rasul yang amat bersahaja. Hidupnya sederhana baik dalam berpakaian, berkata-kata maupun bersikap.
Seperti dituturkan oleh Imam Barzanji, Rasulullah saw adalah orang yang sangat mencintai faqir miskin. Senang berpakaian seperti mereka dan duduk bersama serta makan berjamaah dengan sahabat seperti Bilal, Salman, Abdurrahman bin Shakhr, Shuhaib ar-Rumi, dan masih banyak lagi sahabat yang papa.
Selalu mendahului mengucapkan salam setiap kali berjumpa dengan sahabat, tidak pernah menghina sahabat, tidak pernah menghardik pembantu, suka mengunjungi sahabat yang sakit, mensalatkan jenazah dan mengantarkannya ke kubur.

Tidak pernah berpakaian mewah, kecuali setiap kali menerima tamu-tamu terhormat seperti para pendeta Yahudi dan Nasrani di Madinah. Beliau memakai pakaian yang layak dan sesuai dengan kedudukan tamu yang datang (Lihat : Prof.Dr.Mustafa Husni as-Siba’i, dalam Isytiraqiyyat al-Islam , 1970).
Apa yang Rasulullah,saw tampilkan bukanlah mengada-ada, justru mengamalkan ajaran Allah swt dalam al-Qur’an. Dalam literatur Islam, kita mengenal istilah Al-Iqtishad fi al-‘Ibadah artinya sederhana dan tidak berlebihan dalam beribadah. Imam Nawawi mengatakan bahwa itu tidak berlaku hanya dalam ibadah tetapi juga dalam setiap perilaku hidup kita sehari-hari. Artinya, perilaku dan hidup sederhana itu sesungguhnya sudah melekat dalam tradisi umat Rasulullah,saw. Bahkan, dalam al-Qur’an orang yang demikian dikenal dengan sebutan Muqtashidun artinya orang yang benar (QS.Luqman,31:32).
Jadi hidup sederhana itu adalah hidup yang benar, yang sejalan dengan al-Qur’an dan as-Sunnah. Hidup sederhana adalah hidup kenabian, kebiasaan yang melekat pada para nabi dan rasul. Hidup sederhana adalah the prophetical behaviour bukan kehidupan gaya Fir’aun yang senang flexing , glamour dan vulgar .
Berbeda halnya dengan apa yang kita saksikan di media sosial dan media massa elektronik. Perilaku sejumlah pesohor-pesohor politik, hukum, bisnis yang menampilkan gaya-gaya hidup fir’aunik tampil dengan mobil-mobil mewah seperti Ferrari, Porsche, Lamborghini, atau jam-jam tangan mewah bertabur berlian dengan nilai milyaran rupiah, dilengkapi dengan rumah-rumah mewah dengan harga ratusan milyar. Belum lagi di kalangan istri dan pesohor wanita yang tampil dengan perhiasan mewah serta tas-tas branded yang dikenal mewah seperti Hermes, YSL, Coach, Prada, dan masih banyak lagi. Mereka senang pamer atau flexing di tengah rakyat yang diwakilinya dalam derita dan kesulitan hidup.
Kondisi demikian, boleh jadi menjadi pemantik muncul nya social chaos belakangan ini. Belum lagi kecemburuan sosial di mana banyak para perilaku korup yang hidup dengan mewah dan nampak tertawa di depan publik tanpa beban. Tuntutan agar RUU Perampasan Aset segera disahkan, hingga tulisan ini dibuat belum juga terealisasi.
Kini, saatnya semua pihak termasuk para pemegang kuasa legislatif, eksekutif, dan yudikatif mawas diri dan kembali pada jati diri kita semua sebagai bangsa yang beradab, civilized sociaty . Allah,swt sudah mengingatkan kita semua akan bahaya yang akan menimpa kita semua yaitu kehancuran seperti ditegaskan dalam QS.al-Isra,17:16-17.
Dalam ayat itu, Allah swt menyebut kaum pesohor itu dengan sebutan mutrafin orang-orang yang hidup bermewah-mewahan. Setelah diperingatkan tetap tidak mau berubah, bahkan makin menjadi-jadi. Sudah ada contohnya, kehancuran itu menimpa umat zaman dulu, seperti umat Nabi Hud, Nuh, Luth, Syuaib, Shaleh. Kita tidak ingin bangsa ini hancur karena para mutrafin itu. Kini, saatnya berbenah diri dan introspeksi. Amat baik, bila kita mau bermohon pada Allah,swt melalui istightsah .
Dr. Soetrisno Hadi, SH, MM, MSi