PERUNDUNGAN

Ledakan keras yang terjadi pada Jumat (7/11/2025), pukul 12.15 di lokasi kejadian SMA 72, Komplek Kodamar TNI AL, Kelapa Gading, yang menimbulkan luka serius dan ringan terhadap lebih dari sembilan puluh orang diduga dilakukan oleh pelaku yang mengalami perundungan atau bullying (detik.com, 10 November 2025).

Diduga kuat, pelaku yang mengalami perundungan berusaha keras untuk membela diri dengan lebih dahulu mempelajari melalui media sosial seperti permainan game online , PUBG. Melalui platform ini, ia belajar bebagai jenis senjata dan mengoperasikannya. Terbukti dari adanya barang bukti di TKP berupa airsoft gun dan revolver yang ternyata mainan.

Kita semua prihatin dan sangat khawatir terhadap perkembangan masa depan generasi muda, gen-z, remaja, siswa dan siswi sekolah lanjutan yang notabene adalah calon-calon pemimpin bangsa.

Berbeda dengan gen-z Yahudi di New York yang tertarik pada Islam dengan nilai-nilai universalnya yang menjunjung penghormatan pada hak asasi dan hak hidup manusia, membela kemanusiaan, dengan memilih pemimpin muslim sebagai Walikota New York.

Di sini, sebaliknya malah melakukan perundungan terhadap sesama muslim yang berujung pada bencana berupa ledakan besar di SMA 72, Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Padahal, sudah jelas perundungan itu bermula dari sikap pejoratif terhadap sesama yang dalam al-Qur’an dilarang dengan tegas dan gamblang (QS.al-Hujurat,49:11).

Dalam ayat itu, Allah swt melarang taskhir merendahkan sesama manusia dengan mengolok-olok. Larangan itu tentu saja punya maksud mulia untuk keselamatan, kenyamanan, dan kebahagiaan hidup bersama dalam masyarakat yang beradab civilized society .

Seperti dikutip dari Imam Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani,rhm dan diberi syarah oleh Syaikh Nawawi al-Bantani,rhm dalam kitab Nasha’ih al-‘Ibad . Perundungan itu bermula dari senda gurau atau al-Muzah yang merupakan istidraj dari setan.

Rasulullah,saw bersabda, “Senda gurau atau bercanda itu adalah istidraj atau uluran setan dan tipu daya hawa nafsu”. Khalifah Umar bin Abdul Aziz,rhm berkata, “Awas dan hati-hatilah dari senda gurau atau bercanda, karena sesungguhnya itu adalah kepandiran yang menimbulkan kedengkian”.

Imam Al-Mawardi,rhm menuliskan bait syair, ‘Sungguh senda gurau itu mula-mulanya manis halawah ; tetapi akhirnya adalah permusuhan ‘ adawah . Dalam bagian lain bait syairnya, Imam Al-Mawardi mengatakan orang yang suka bercanda itu indikasi ketidakcerdasan.

Mengantisipasi potensi bahaya akibat penggunaan game online atau produk informasi lainnya di masyarakat maka sedikitnya tiga lapisan masyarakat kita perlu meningkatkan kepeduliannya aware terhadap perkembangan remaja, siswa-siswi kita, serta gen-z dari terlibat hanyut dalam arus informasi dan permainan yang merusak diri, keluarga, masyarakat dan bangsa kita.

Ketiga elemen masyarakat itu, yaitu keluarga, masyarakat dan negara. Keluarga, perlu kembali pada ajaran al-Qur’an bahwa anak dan anggota keluarga kita harus diselamatkan dari ancaman api neraka (QS.at-Tahrim,66:6).

Jangan lupa, anak itu adalah amanah yang dititipkan Allah,swt untuk kita jaga, rawat, besarkan dan didik serta arahkan menjadi anak yang saleh baik secara ritual, maupun sosial (QS.al-Ahzab,33:72).

Anak yang cerdas bukan saja secara intelektual, emosional, dan spiritual. Tetapi juga, cerdas secara sosial atau punya social quotien. Sehingga, tahu bagaimana seyogyanya hidup di masyarakat yang heterogen dengan menjunjung tinggi akhlaq yang mulia.

Elemen masyarakat seperti guru, lingkungan pendidikan, milieu , teman sepergaulan peer group, para ulama, dan cendekiawan, khathib , muballigh dan para pegiat sosial sudah waktunya sadar akan pentingnya menjaga pendidikan dan masa depan remaja, siswa-siswi, pelajar dan gen-z untuk melek informasi dan tahu cara memahami dan mengendalikan diri dari bahaya penyalahgunaan media sosial.

Elemen negara, dalam hal ini pemerintah dan juga anggota parlemen untuk secara dini melakukan langkah-langkah efektif dalam mengendalikan remaja dan gen-z dari bahaya penyalahgunaan informasi di media sosial.

Semua itu, berpulang pada kita semua untuk mau peduli dan merasakan empati akibat dari salah memahami dan mempraktekkan informasi media sosial. Kepada Allah lah kita gantungkan harapan kita dan doa kita agar ke depan kejadian serupa tidak lagi berulang. Sayang masa depan calon-calon pemimpin bangsa harus gugur atau layu sebelum berkembang. Wa Allah Huwa Al-Musta’an

Dr. Soetrisno Hadi, SH, MM, MSi





Baca Juga : Chiron

You May Also Like