Pertanyaan itu untuk menjawab perdebatan di kalangan ilmuwan astronomi tentang siapa yang duluan lahir dan terbentuk apakah planet raksasa gas seperti Jupiter atau planet batuan seperti bumi dan Mars.
Pendapat pertama , datang dari ilmuwan seperti Michael Meyer, Ketua Departemen Astronomi di University of Michigan. Pandangan ini didasarkan pada teori Akresi Klasik, bahwa planet gas raksasa dulu yang lahir ketimbang planet batuan.
Pendapat kedua , muncul dari teori Model Ketidakstabilan Arus atau streaming Instability Model bahwa planet batuanlah yang duluan lahir ketimbang planet gas. Pandangan ini dikemukakan antara lain oleh Caue Borlina, Asisten Profesor Ilmu Planet di Purdue University.
Itu semua terjadi, setelah 4,6 milyar tahun lalu, ketika terjadi gravitasi besar pada awan sebagai pertanda lahirnya galaksi Bima Sakti atau Milky Way Galaxy atau tata surya matahari kita.
Di kalangan ulama Islam, seperti Prof.Dr.Sayid Sabiq, guru besar teologi Fakultas Usuluddin Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, perihal apa yang paling dahulu ada juga terdapat perdebatan yang menarik. Ada yang menyebutkan Arsy adalah yang pertama diciptakan Allah,swt dari selainnya. Ada ulama lain yang berpendapat air adalah makhluk material yang pertama kali diciptakan sebelum Arsy (HR.Ahmad dan Tirmidzi).
Setelah menciptakan air dan Arsy, lalu Allah,swt menciptakan langit dan bumi. Selain itu, ada pandangan bahwa dari kelompok makhluk non-material (gaib) yang pertama diciptakan adalah qalam atau pena. Setelah itu, Allah,swt memerintahkan agar pena itu menulis dan mencatat semua kejadian yang ada di alam semesta ini (HR.Bukhari dan Muslim).
Sayid Sabiq membantah paham bahwa yang pertama kali diciptakan Allah,swt adalah akal. Hal itu disampaikan karena tidak ada bukti autentik dari al-Qur’an maupun al-Hadits tentang hal itu. Ia juga mengesampingkan pandangan bahwa yang pertama kali diciptakan adalah nur nabi kita Muhammad,saw atau awwalu ma khalaqa Allah nura nabiyyika yaa Jabir, kata Rasulullah,saw pada sahabat Jabir.
Lalu, bagaimana sesungguhnya pandangan Sabiq tentang hal ini. Ia berkata, sebenarnya tidak ada satu dalilpun yang dapat dijadikan pegangan kuat dan terperinci tentang asal mula penciptaan alam semesta universe ini beserta segala yang maujud jika ditilik dari segi syari’at , kata nya lagi.
Lalu, bagaimana memahami kontroversi ini. Jawabnya, perdebatan tentang siapa yang paling duluan planet gas raksasa – teori akresi – atau planet batuan yaitu teori model ketidakstabilan arus. Maupun debat yang berlangsung di kalangan ulama Islam tentang siapa paling duluan diciptakan Arsy atau lainnya, adalah meneguhkan kembali keyakinan kita tentang adanya semua yang bermula huduts seperti planet batuan atau gas raksasa, atau apakah Arsy dan lainnya, adanya semua yang bermula itu karena adanya Allah,swt yang tidak bermula (qidam) .
Kita merujuk pada paham Imam Sanusi dalam Ummul Barahin , bukti kepastian sifat qidam atau tidak bermula dari Allah,swt adalah jika Ia tidak qidam , pastilah Ia bermula atau hadits . Maka, Ia akan membutuhkan sesuatu yang lain untuk menjadikannya ada. Sehingga, terjadilah rantai sirkuler atau daur atau serial tanpa ujung (tasalsul) .
Perdebatan di kalangan ilmuwan Barat dan para ulama Islam tentang segala yang bermula, sekali lagi, meneguhkan bukti rasional bahwa ada yang tidak bermula atau qidam . Dia-lah Allah,swt. Artinya, dipastikan di balik alam semesta ini ada Allah,swt sebagai Pencipta ( Al-Khaliq , The Creator of Universe ).
Alasan-alasan atau dalil-dalil dari wahyu seperti QS.asy-Syu’ara,42:11, memantapkan kita semua bahwa Allah,swt itu ada. Dia,swt adalah Wujud Absolut. Sedangkan kita semua adalah mumkin al- wujud ada yang mungkin atau nisbi.
Karenanya, sudah sepatutnya yang wujudnya mungkin ini seperti kita semua menghambakan diri pada Allah,swt yang wujudnya absolut. Ibadah atau menghambakan diri pada Allah yang mutlak dan Mahakuasa, Mahaperkasa, Mahakaya, sekaligus Mahabijaksana adalah pilihan hidup strategis. Kalau begitu, memperkuat keimanan dan tauhid serta hidup istiqamah adalah sikap elegan yang akan membawa kita semua happy ending mengakhiri hidup dengan bahagia husnul khatimah (QS.Fushilat,41:30).
🪶Dr. Soetrisno Hadi, SH, MM, MSi